Senin, 12 Juni 2017

Masih Males Ndaki? Ini 10 Hal Yang Pasti Kamu Pelajari Dari Mendaki



Bingung mengisi liburan dengan apa? Kalo belum pernah hiking atau ndaki, ajak dehh teman-temanmu untuk muncak. Karena ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari mendaki.

1. Kepuasan Usai Pendakian


Jalan yang berliku, jurang yang curam, dan bebatuan yang menghalangi jalan tak akan tertandingi oleh kepuasan ketika sampai tujuan. Yakin dehh.. kamu akan lupa dengan rasa lelah pendakian, karena di puncak gunung nanti kamu hanya akan dibuat ‘takjub’.



2. Kamu Bukan Sembarang Orang Jika Berhasil Sampai Puncak

Orang cerdas adalah orang yang tidak pernah menyerah, dan hal luar biasa hanya dilakukan oleh orang luar biasa. Seperti kesuksesan yang kamu raih dengan susah payah, kamu bukanlah orang yang sembarangan ketika sampai di puncak gunung setelah melewati trek-trek yang berbahaya.



3. Dunia Sosmed Tak Seindah Ketika Kamu Saling Tolong Menolong Dengan Sesama

Jelas di gunung tidak ada sinyal, hal itu akan membuatmu dan kawan-kawan pendakian lebih solid karena gadget tidak lagi ada gunanya. Selain itu gadget baru-baru ini justru mengurangi adanya interaksi sosial di masyarakat.



4. Ternyata Kebersamaan Ketika Kesulitan Itu Bermakna

Suatu hari, kamu akan tahu bahwa teman-teman yang mendaki bersamamu adalah teman-teman yang terbaikmu. Kebersamaan yang kalian lalui itu sama berharganya dengan kesulitan pendakian yang menyatukan kalian.


5. Kamu Akan Tahu Siapa Kawan Sejatimu

Hanya kawan-kawan hebat yang akan bersamamu dalam kesulitan. Merekalah yang pantas disebut sahabat sejati saat ia ada untukmu ketika mendaki, bukan yang hanya ada ketika di puncak.



6. Atau Justru, Menemukan Cinta Sejatimu

Ada yang bilang, kamu akan tahu sifat asli seseorang ketika kamu mendaki bersamanya. Dari hal itu, siapa tahu kamu akan menemukan teman yang ternyata dia adalah cinta sejatimu.


7. Betapa Bersahabatnya Alam

Terlalu lampau kita sadari bahwa alam menawarkan hal-hal yang alami. Termasuk, rasa sulit untuk memalingkan pandangan walau sekali. Hanya untuk udara yang jernih, embun yang suci, atau hangatnya sinar mentari.


8. Dan Sahabat, Patut Kita Jaga

Jika alam telah menawarkan keakraban hingga persahabatan, kenapa tidak kamu menjaganya dan melestarikannya?. Jangan mengaku manusia, jika memanusiakan alam saja tak pernah.


9. Surga Didunia Tak Akan Mampu Membuatmu Berkata-Kata

Karena alam adalah satu-satunya wajah Tuhan yang tersenyum yang dapat kita lihat.


10. Alam Membuatmu Semakin Mantap Untuk Mendekati Tuhan

Percaya atau tidak, pendakian yang menawarkan berbagai cinta dan cerita akan membuatmu terus mengingat kehebatan-Nya.


itulah 10 hal yang pasti kamu dapat seusai mendaki. semoga bermanfaat :-)

Senin, 16 Mei 2016

Jadilah Pelopor, Bukan Pengekor

Jadilah pelopor, bukan jadi pengekor. Tak perlu suatu saat, tapi sekarang segeralah untuk menstart. Percayalah bahwa pemuda adalah kekuatan Indonesia. Seperti apa kata Soekarno, “"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Biarlah orang mengatakan hari ini kau bukan apa-apa, tapi suatu saat Indonesia akan jaya karena seorang pahlawan muda. Ingatlah ! hari ini Indonesia benar-benar belum merdeka. Maka buatlah dia “merdeka” karena benar-benar milik “kita”, rakyat Indonesia.

Pakailah gedget produk Indonesia sendiri, turutlah mendukung saudara kalian yang lain yang sedang belajar memproduksi gadget sendiri. Dukunglah jika ada saudara kalian yang sedang berusaha membuat kendaraan sendiri. Jika mengaku Indonesia, cintailah apapun yang ada di dalamnya. Jangan pernah mengaku warga Indonesia jika kau lebih punya rasa ingin tahu terhadap produk luar negeri, lebih suka melihat drama korea, dan lebih bangga melihat Hollywood ketimbang film tentang pahlawan Indonesia. “nasional” , bukankah jika kita menjiwainya akan lebih rasional dari pada membangga-banggakan produk asing yang tujuannya hanya merusak mental?. Tak perlu mengejek kelompok lain, Indonesia bukan tempat untuk membuat geng-gengan, yang selalu fanatik dan primordialis tapi tempatnya manusia nasionalis. Jika sekarang kau sedang di SMA atau setingkat dengannya, tak perlu menjudge anak yang berada di lain jurusan denganmu. Tidak ada ceritanya anak IPA lebih mahir dari pada anak IPS. Mengapa tidak sebaiknya kalian belajar lalu kalian bekerja sama mengkolaborasikan ilmu kalian? Bukankah dokter bekerja membutuhkan rumah sakit yang di pimpin oleh orang yang bernalar tinggi dan pemimpin akan membutuhkan para dokter? Bukankah para ilmuwan membutuhkan sebuah perusahaan yag termanajemen oleh seorang CEO dan CEO juga membutuhkan seorang ilmuwan?. Karena sesungguhnya sebuah negara tidak hanya di pimpin oleh orang ahli memperhitungkan angka, tapi juga memperhitungkan letak masa depannya. Jika kau melihat mahasiswa yang masih suka membangga-banggakan jurusannya dan menjelekkan jurusan lain, bilang pada mereka, bahwa mereka masih pantas duduk di bangku SMA.


Buatlah lapangan kerja, bukan mencari kerja. Keluarkan seluruh skill, jangan jadi orang dekil. Jangan ajak para sarjana melamar pekerjaan, tapi ajaklah dia membuat pekerjaan. Tidak ada yang memalukan jika seorang sarjana menjual gorengan, dan tidak ada yang memalukan jika sarjana menjadi kurus karena mengejar impian. Lebih baik diejek karena menjadi penjahit, dari pada menjadi penjahat. Jika yang meremahkanmu hari ini adalah orang Indonesia sendiri atau teman-teman kuliahmu sendiri, tak perlu mengumpatnya. Mulailah meskipun dari nol, mulailah dengan semangat yang kuat untuk membuktikkan bahwa kamu bisa. Bisa membangun butik, rumah makan, bahkan perusahaan.


Buatlah Indonesia menjadi milikmu sendiri. Jangan pernah menjual pulau Indonesia. Lihatlah ! pulau yang pernah kita jual di jadikan tempat samapah oleh Singapura. Betapa mirisnya. Bukankah penghinaan jika semua itu telah terjadi?. Sedikit demi sedikit tanah kita direbut negara sebelah, namun kita diam saja. Perlahan-lahan beberapa daerah ingin memisahkan diri dari Indonesia, lalu dimana usaha kita? Apakah kita hanya akan mengeluarkan air mata jika suatu saat Indonesia hanya tinggal pulau Jawa?. Jika kau benar-benar seorang Indonesia, istimewakan budaya yang ada padanya. Bukankah tidak rela melihat kenyataan negara lain mengklaim budaya kita adalah miliknya?. Itu semua hanya karena kita tidak menjiwakan budaya kita pada nafas Indonesia. Bahasa, kenapa pula kita bangga dengan bahasa lain negara? Memangnya aksara Jawa kau sudah menghafalnya?. Tarian, boleh saja kau belajar brig dance dan koreografi korea, memangnya kau sudah mahir menarikan tari saman?. Lihat ! negara lain sedang mempelajari bahasa Jawa dikampusnya, dan mempelajari lagu dan tari orang Jawa. Sedangkan kita? Masih dibodohkan oleh barang kebanggaan milik orang lain. Jika kau mengaku Indonesia kaya, sebaiknya kau buat Indonesia benar-benar ada di tangan kita tanpa ada yang merebutnya, apa lagi yang berusaha merusak mental kita. Ayo bersama selamatkan Indonesia !.

 

Senin, 18 Januari 2016

Jombang, 31 Desember 2014 23:25 WIB Kepada khalifah kami Seorang lelaki, pembahagia Tuhan, pembahagia kami. Assalamu’alaikum khalifah kami Entah dimana sekarang kau berada, berada di indahnya taman, istana, atau di sejuknya pagi, malam, atau senja. Aku pikir, aku tidak perlu lagi menanyakan kabarmu, karena semua tempat dan waktumu kini adalah tempat terindah yang diidamkan banyak manusia. Lewat malam yang tak terjamah kebisingan ini dengan selembar kertas yang tak mungkin tersampaikan, namun goresan katanya dapat kau dengar, aku ingin mengucapkan terimakasih kepadamu, dengan sepenuh hati, dan aku ingin mengatakan betapa malunya kami. Aku ingin mengucapkan terimakasih kepadamu yang telah menumbuhkan nama-Nya di hati kami, yang telah meninggalkan Tuhan disini, yang telah memperkenalkan nama “Allah” yang Maha Indah kepada kami, sejak pertama kami mencium udara di bumi sampai kami menyusulmu nanti. Dan kami harus malu seusai menemukan nama-Nya sebagai satu-satunya warisan berharga yang kau tinggalkan, bahwa Allah siap sejak dulu untuk membahagiakan kami semua. Bahkan sampai sekarang pun kami sering mengharapkanmu dalam semesta mimpi, mencairkan setiap butir air mata mempertandakan betapa tidak tulusnya hati kami, lalu dengan lancang memprotes kodrat kematian yang telah diberikan Tuhan. Kau pernah bilang, “manusia tidak boleh sedih, karena punya Allah”. Kini, di malam tahun baru, lima bulan setelah wafatmu, kami terbangun dengan tangisan bahagia, karena kami yakin Allah lebih mampu membahagiakan orang yang telah membahagiakan-Nya dan banyak manusia, sembari menyesali pribadi yang belum menjadi pembahagiamu. Tidak ada salahnya jika Allah ingin bertemu dengan pembahagia-Nya, lagi pula kau adalah milik-Nya. Dan kami sangat berterimakasih padamu, yang tidak hanya membuat kami kagum dan bergembira bersamamu, tapi kami bersyukur dan bahagia dengan adanya dirimu, dan menjadi bagian dari darahmu. Ayah, terimakasih karena telah membahagiakan Allah dan membahagiakan kami. Wassalamu’alaikum, Ayah. Benih-benih indahmu yang selalu ingin menjadi seperti sosokmu Anak-anakmu *** Indah Fatawiyah lahir di Jombang hari Kamis, 31 Oktober 1996. Tinggal di Mancar Timur Peterongan Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Bersekolah selama 12 tahun di yayasan pondok pesantren Darul Ulum, dari MIN Darul Ulum, MTsN Darul Ulum, sampai SMA Darul Ulum 1 Unggulan. Sekarang menjadi mahasisiwi baru di universitas negeri Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan Hukum keluarga islam. Hobbi menulis, membaca, dan bersepeda. Menyukai kegiatan tulis menulis sejak kelas 1 SD dan mulai aktif dalam kegiatan organisasi tulis menulis sejak kelas VIII MTs. Pernah menjadi Juara 2 dalam event menulis puisi yang diselenggarakan penerbit di Sidoarjo dan masih aktif mengikuti event-event kepenulisan dan organisasi kepenulisan yang lain. Aktif di facebook dengan nama akun Indah Fatawiyah, e-mail Indahfatawiyah@gmail.com, dan nomor Hp 085606385416.

Rabu, 22 Juli 2015

Proyek Penerbitan Antologi Puisi Indonesia Merdeka Berhadiah Jutaan Rupiah Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka. Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/pedesaan, diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/pemuda desa. Hampir Seluruh masyarakat ikut berpartisipasi dengan caranya masing-masing. 17 Agustus 2015 nanti Indonesia akan resmi ke – 70, namun setelah 70 tahun merdeka, sudahkah Indonesia dapat dikatakan merdeka sepenuhnya? Tidak bisa dipungkiri, Indonesia sudah menjauh dari cita-cita mulia Undang-Undang Dasar 1945. Negara ini semakin lemah dan mengkhawatirkan. Setiap hari kita disuguhkan berita menurunnya kualitas moral para elit penguasa dengan bukti banyaknya korupsi, kolusi, nepotisme, dan penggarongan uang Negara. Belum lagi kesengsaraan yang dialami bangsa Indonesia. Menurunnya pendidikan, semakin banyaknya jumlah pengangguran, dan jumlah anak tak berdosa dibunuh secara menyelinap. Jika kondisi bangsa seperti ini, apa pantas dikatakan merdeka? Tentu menjadi polemik. Secara de jure (hukum), Indonesia sudah merdeka, namun secara de facto (fakta) bangsa ini belum sepenuhnya merdeka, karena belum bebas dari kemiskinan. Oleh sebab itu, dalam rangka memperingati HUT RI ke – 70, Gerakan Puisi Indonesia Merdeka mengajak para penyair maupun masyarakat di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam penerbitan antologi puisi SUARA MERDEKA 70 ini. Sumber Gagasan: - Wikipedia Indonesia - Islam Cendekia (www.islamcendekia.com) #‎TEKNIS‬ 1.Penerbitan Antologi Puisi Indonesia Merdeka; “SUARA MERDEKA 70” bersifat independen, nirlaba, serta berdasar kemandirian individu yang menjunjung tinggi kebersamaan. (Biaya penerbitan buku antologi ini ditanggung bersama-sama) 2.Tujuan penerbitan ini untuk merangkum dan mengakomodir puisi karya para penyair dan masyarakat umum dari seluruh Indonesia dengan beragam latar belakang, strata, etnis, usia, dan gaya penulisan. 3.Puisi merupakan karya asli, bertema “Suara Merdeka 70” yang merupakan representasi atau tafsir dari HUT RI ke- 70. 4.Penulis dipersilakan mengirim puisi maksimal 2 judul, disertai biodata, foto diri, alamat detil, email, facebook, dan nomor HP ke email: pindomerdeka@gmail.com 5.Biaya cetak/penerbitan akan didukung bersama-sama oleh para penyair yang karyanya lolos seleksi dan dimuat dalam antologi. 6.Selain mengirim karya, pada tahap selanjutnya (usai seleksi) penyair yang karyanya lolos dimohon mengirim iuran ongkos cetak/penerbitan minimal Rp 80.000,- Iuran tersebut akan digunakan untuk biaya penerbitan (proses cetak buku), meliputi: pembuatan cover, layout halaman isi, pengurusan ISBN, dan biaya kirim buku ke alamat masing-masing penulis. 7.Masing-masing penulis akan mendapat 1 (satu) buku antologi sebagai tanda bukti terbit. 8.Seluruh proses mulai dari pengumpulan naskah, seleksi, administrasi, dan tahapan penerbitan akan diinformasikan secara transparan lewat Grup Facebook PUISI INDONESIA MERDEKA. (https://web.facebook.com/groups/972965212756352/) 9.Kesediaan berpartisipasi dan mengirim puisi ditunggu hingga tanggal 31 Juli 2015, akan ditutup sewaktu-waktu apabila puisi yang terkumpul sudah mencapai batas jumlah halaman penerbitan. 10.Pertanyaan terkait dapat ditanyakan ke email: pindomerdeka@gmail.com atau grup facebook: PUISI INDONESIA MERDEKA 11.Peserta yang berpartisipasi diwajibkan menyebarluaskan info penerbitan antologi ini minimal ke 20 teman di facebook ataupun di website dan blog pribadi. #‎REWARD‬ - Terbaik I : Uang Tunai Rp. 1.000.000,- + Kaos Suara Merdeka 70 +1 Buku Terbit Suara Merdeka 70 + Piagam Penghargaan + Voucher Penerbitan Paket Super Lengkap Rp. 150.000,- di Vio Publisher - Terbaik II : Uang Tunai Rp. 700.000,- + Kaos Suara Merdeka 70 + 1 Buku Terbit Suara Merdeka 70 +Piagam Penghargaan + Voucher Penerbitan Paket Super Lengkap Rp. 150.000,- di Vio Publisher - Terbaik III : Uang Tunai Rp. 500.000,- + Kaos Suara Merdeka 70 + 1 Buku Terbit Suara Merdeka 70 +Piagam Penghargaan + Voucher Penerbitan Paket Super Lengkap Rp. 150.000,- di Vio Publisher #‎NB‬: Seluruh peserta yang lolos mendapatkan e - Piagam Penghargaan dan 1 Buku Terbit Suara Merdeka 70 yang akan dikiriim ke alamat masing-masing. Apabila ingin mendapatkan buku dengan jumlah lebih, maka penulis dapat membelinya pada penerbit dan mendapatkan rabat sebesar 10 % dari harga buku. Puisi Indonesia Merdeka, Suara Merdeka 70 Tembusan Penggagas: - Sindi Violinda (https://web.facebook.com/sindiviolinda)‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬ selengkapnya di: http://infolombanulis.blogspot.com/2015/06/proyek-penerbitan-antologi-puisi.html#ixzz3eje4HKCa Follow us: @infolombanulis on Twitter | Infolombanulis on Facebook

Selasa, 02 Juni 2015

Dari Ibu



Dari Ibu
By : Indah Fatawiyah

Menakuti teriakan kaku
Saat sepanjang sejarah mengaku
Bahwa sebagian dari kuasa Tuhan ada di tanahku
Dari Ibu

Darah yang di buang, terbakar, terkapar
Di sengaja tersebarkan dalam ayunan sejarah seorang pahlawan
Yang juga dari Ibu, yang kabarnya pembawa surga

Hari ini, lahirlah sang biadab-biadab yang terbiadabkan
Menakut-nakuti kelahiran penduduk sang Ibu lagi
Takut akan korupsi, prostitusi, berlagak di penjuru istana sentris menuju neraka
Lagi-lagi dari Ibu

Membiarkan keadaan memerdekakan
Terbuang tanpa berkabar
Ibu yang melahirkanku menangis

Seolah 70 tahun yang lalu tiada guna
Padahal Ibu telah menangiskan darah anak-anaknya

Dan sekarang, menangiskan kembali hidup anak-anaknya
Yang mereka sedang tertawa
Sedang Ibuku pertiwi menangis sedih
Karena tak pernah di hargai

Malin kundang tidak hanya yang telah menghujat Ibunya
Juga bagi mereka yang telah melupakan tanah air Ibunya

Tuhan Yang Terlihat



Tuhan Yang Terlihat
By : Indah Fatawiyah

Terimakasih tuhan,
Karena kau, aku bangun di saat embun bercucuran
Karena kau,
Darahku terus mengalir, dan jantungku terus bergerak
Karena tercipta dari segumpal darahmu

Kau Tuhan, yang berbeda dengan Tuhan yang lain
Tuhan yang hanya menyediakan surga
Tanpa neraka
Sejauh apa pun segumpal darahmu berdosa
Kau hanya bisa mencintainya

Marahmu bukan tsunami bukan pula gempa bumi
Tapi lebih menyayat hati kami
Karena disana, terlukis sejuta kasih tak terkendali

Kami, sang penyusah
Kau masih lahirkan juga
Dan terus mencintainya

Sampai Tuhan yang disana
Sengaja meletakkan surga di ujung langkahnya
Di telapak kaki bunda

Terimakasih Tuhan
Telah menciptakan Tuhan yang terlihat di mata anak-anaknya

Jombang, 2 Juni 15