Senin, 16 Mei 2016

Jadilah Pelopor, Bukan Pengekor

Jadilah pelopor, bukan jadi pengekor. Tak perlu suatu saat, tapi sekarang segeralah untuk menstart. Percayalah bahwa pemuda adalah kekuatan Indonesia. Seperti apa kata Soekarno, “"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Biarlah orang mengatakan hari ini kau bukan apa-apa, tapi suatu saat Indonesia akan jaya karena seorang pahlawan muda. Ingatlah ! hari ini Indonesia benar-benar belum merdeka. Maka buatlah dia “merdeka” karena benar-benar milik “kita”, rakyat Indonesia.

Pakailah gedget produk Indonesia sendiri, turutlah mendukung saudara kalian yang lain yang sedang belajar memproduksi gadget sendiri. Dukunglah jika ada saudara kalian yang sedang berusaha membuat kendaraan sendiri. Jika mengaku Indonesia, cintailah apapun yang ada di dalamnya. Jangan pernah mengaku warga Indonesia jika kau lebih punya rasa ingin tahu terhadap produk luar negeri, lebih suka melihat drama korea, dan lebih bangga melihat Hollywood ketimbang film tentang pahlawan Indonesia. “nasional” , bukankah jika kita menjiwainya akan lebih rasional dari pada membangga-banggakan produk asing yang tujuannya hanya merusak mental?. Tak perlu mengejek kelompok lain, Indonesia bukan tempat untuk membuat geng-gengan, yang selalu fanatik dan primordialis tapi tempatnya manusia nasionalis. Jika sekarang kau sedang di SMA atau setingkat dengannya, tak perlu menjudge anak yang berada di lain jurusan denganmu. Tidak ada ceritanya anak IPA lebih mahir dari pada anak IPS. Mengapa tidak sebaiknya kalian belajar lalu kalian bekerja sama mengkolaborasikan ilmu kalian? Bukankah dokter bekerja membutuhkan rumah sakit yang di pimpin oleh orang yang bernalar tinggi dan pemimpin akan membutuhkan para dokter? Bukankah para ilmuwan membutuhkan sebuah perusahaan yag termanajemen oleh seorang CEO dan CEO juga membutuhkan seorang ilmuwan?. Karena sesungguhnya sebuah negara tidak hanya di pimpin oleh orang ahli memperhitungkan angka, tapi juga memperhitungkan letak masa depannya. Jika kau melihat mahasiswa yang masih suka membangga-banggakan jurusannya dan menjelekkan jurusan lain, bilang pada mereka, bahwa mereka masih pantas duduk di bangku SMA.


Buatlah lapangan kerja, bukan mencari kerja. Keluarkan seluruh skill, jangan jadi orang dekil. Jangan ajak para sarjana melamar pekerjaan, tapi ajaklah dia membuat pekerjaan. Tidak ada yang memalukan jika seorang sarjana menjual gorengan, dan tidak ada yang memalukan jika sarjana menjadi kurus karena mengejar impian. Lebih baik diejek karena menjadi penjahit, dari pada menjadi penjahat. Jika yang meremahkanmu hari ini adalah orang Indonesia sendiri atau teman-teman kuliahmu sendiri, tak perlu mengumpatnya. Mulailah meskipun dari nol, mulailah dengan semangat yang kuat untuk membuktikkan bahwa kamu bisa. Bisa membangun butik, rumah makan, bahkan perusahaan.


Buatlah Indonesia menjadi milikmu sendiri. Jangan pernah menjual pulau Indonesia. Lihatlah ! pulau yang pernah kita jual di jadikan tempat samapah oleh Singapura. Betapa mirisnya. Bukankah penghinaan jika semua itu telah terjadi?. Sedikit demi sedikit tanah kita direbut negara sebelah, namun kita diam saja. Perlahan-lahan beberapa daerah ingin memisahkan diri dari Indonesia, lalu dimana usaha kita? Apakah kita hanya akan mengeluarkan air mata jika suatu saat Indonesia hanya tinggal pulau Jawa?. Jika kau benar-benar seorang Indonesia, istimewakan budaya yang ada padanya. Bukankah tidak rela melihat kenyataan negara lain mengklaim budaya kita adalah miliknya?. Itu semua hanya karena kita tidak menjiwakan budaya kita pada nafas Indonesia. Bahasa, kenapa pula kita bangga dengan bahasa lain negara? Memangnya aksara Jawa kau sudah menghafalnya?. Tarian, boleh saja kau belajar brig dance dan koreografi korea, memangnya kau sudah mahir menarikan tari saman?. Lihat ! negara lain sedang mempelajari bahasa Jawa dikampusnya, dan mempelajari lagu dan tari orang Jawa. Sedangkan kita? Masih dibodohkan oleh barang kebanggaan milik orang lain. Jika kau mengaku Indonesia kaya, sebaiknya kau buat Indonesia benar-benar ada di tangan kita tanpa ada yang merebutnya, apa lagi yang berusaha merusak mental kita. Ayo bersama selamatkan Indonesia !.

 

Senin, 18 Januari 2016

Jombang, 31 Desember 2014 23:25 WIB Kepada khalifah kami Seorang lelaki, pembahagia Tuhan, pembahagia kami. Assalamu’alaikum khalifah kami Entah dimana sekarang kau berada, berada di indahnya taman, istana, atau di sejuknya pagi, malam, atau senja. Aku pikir, aku tidak perlu lagi menanyakan kabarmu, karena semua tempat dan waktumu kini adalah tempat terindah yang diidamkan banyak manusia. Lewat malam yang tak terjamah kebisingan ini dengan selembar kertas yang tak mungkin tersampaikan, namun goresan katanya dapat kau dengar, aku ingin mengucapkan terimakasih kepadamu, dengan sepenuh hati, dan aku ingin mengatakan betapa malunya kami. Aku ingin mengucapkan terimakasih kepadamu yang telah menumbuhkan nama-Nya di hati kami, yang telah meninggalkan Tuhan disini, yang telah memperkenalkan nama “Allah” yang Maha Indah kepada kami, sejak pertama kami mencium udara di bumi sampai kami menyusulmu nanti. Dan kami harus malu seusai menemukan nama-Nya sebagai satu-satunya warisan berharga yang kau tinggalkan, bahwa Allah siap sejak dulu untuk membahagiakan kami semua. Bahkan sampai sekarang pun kami sering mengharapkanmu dalam semesta mimpi, mencairkan setiap butir air mata mempertandakan betapa tidak tulusnya hati kami, lalu dengan lancang memprotes kodrat kematian yang telah diberikan Tuhan. Kau pernah bilang, “manusia tidak boleh sedih, karena punya Allah”. Kini, di malam tahun baru, lima bulan setelah wafatmu, kami terbangun dengan tangisan bahagia, karena kami yakin Allah lebih mampu membahagiakan orang yang telah membahagiakan-Nya dan banyak manusia, sembari menyesali pribadi yang belum menjadi pembahagiamu. Tidak ada salahnya jika Allah ingin bertemu dengan pembahagia-Nya, lagi pula kau adalah milik-Nya. Dan kami sangat berterimakasih padamu, yang tidak hanya membuat kami kagum dan bergembira bersamamu, tapi kami bersyukur dan bahagia dengan adanya dirimu, dan menjadi bagian dari darahmu. Ayah, terimakasih karena telah membahagiakan Allah dan membahagiakan kami. Wassalamu’alaikum, Ayah. Benih-benih indahmu yang selalu ingin menjadi seperti sosokmu Anak-anakmu *** Indah Fatawiyah lahir di Jombang hari Kamis, 31 Oktober 1996. Tinggal di Mancar Timur Peterongan Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Bersekolah selama 12 tahun di yayasan pondok pesantren Darul Ulum, dari MIN Darul Ulum, MTsN Darul Ulum, sampai SMA Darul Ulum 1 Unggulan. Sekarang menjadi mahasisiwi baru di universitas negeri Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan Hukum keluarga islam. Hobbi menulis, membaca, dan bersepeda. Menyukai kegiatan tulis menulis sejak kelas 1 SD dan mulai aktif dalam kegiatan organisasi tulis menulis sejak kelas VIII MTs. Pernah menjadi Juara 2 dalam event menulis puisi yang diselenggarakan penerbit di Sidoarjo dan masih aktif mengikuti event-event kepenulisan dan organisasi kepenulisan yang lain. Aktif di facebook dengan nama akun Indah Fatawiyah, e-mail Indahfatawiyah@gmail.com, dan nomor Hp 085606385416.